Senin, 21 Desember 2009

Mohon Maaf, bukan Blog Pak Ahmad Sarkan

Setelah membaca beberapa tanggapan dari para pengunjung blog ini, saya selaku pengelola menginformasikan bahwa "General Hobby" BUKAN webside/blog dari Bapak Ahmad Sarkan, dan pengelola tidak ada kerjasama dengan beliau. Didalam blog ini memang ada beberapa artikel yang memuat beliau, itu semata liputan dari pengelola disaat bertemu dengan beliau. Jikalau ada kekecewaan terhadap beliau mohon disampaikan langsung kepada beliau.
Sekali lagi saya selaku pengelola blog ini , mohon Maaf sebesar-besarnya jika ada kekecewaan diantara para pembaca.

salam
Mutiarasani

BUDI DAYA BELUT DI KOLAM BUATAN MUNGKINKAH ???

Sekedar renungan yang kami ambil dari milis Belutjawa

Upaya banyak pihak untuk membudidayakan belut sudah dimulai sejak
hampir dua setengah dasa warsa yang lalu, namun hingga sekarang belum
pernah memberikan hasil yang memuaskan. Budidaya belut yang dilakukan
orang sampai akhir-akhir ini adalah menggunakan media bak, kolam
permanen, atau drum besi yang dimiringkan yang diisi dengan bahan-
bahan sebagai media untuk menyediakan pakan bagi belut. Binatang
primitip yang ternyata mampu mejeng sampai di Super Market setelah
dicampur bumbu dengan tepung dan digoreng renyah, ternyata bukan
dipanen dari hasil budidaya yang selama ini susah payah diusahakan
orang .
RENUNGAN
Belut-belut ini ditangkap dari sawah dengan sangat keji seperti
menggunakan stroom, apotas dan jenu. Mereka hidup subur di lahan sawah
yang pemilik sawahnya sangat suka mengembalikan jerami setelah dipanen
dan memberi sedikit pupuk kandang dan pupuk hijauan. Namun belut
tidak suka hidup disawahnya Kontak Tani atau petani maju yang sangat
rajin mendengarkan rekomendasi PPL dengan teknologi tinggi yaitu pupuk
berimbang, pestisida yang cespleng dan pestisida tabur.
Sebagai dampak dari euphoria politik peningkatan produksi pangan
terutama beras, belut yang nyata-nyata dapat menghidupi dan member
lapangan kerja banyak orang termarginalkan. Belut membawa misi
kehidupannya sendiri yang orang tak pahami.
KONSEP
Mengapa orang tidak berhasil membudidayakan belut ? Segudang
pertanyaan menghantui penulis selama satu dasa warsa terakhir.
Benarkah belut itu sejenis ikan ? Belut tidak pernah mau menjawab
pertanyaan itu. Beberapa ahli dibidang perikanan tempo dulu langsung
mengklaim bahwa belut termasuk binatang sejenis ikan, maka dibuatlah
konsep budi daya belut. Komunikasi dengan belut tidak pernah
dilakukan, namun upaya mengatur kehidupan belut dibuat dan dilakukan.
Yang paling memprihatinkan adalah tidak pernah dilakukan evaluasi
apalagi penelitian.

Setelah mengamati hampir satu dasa warsa, penulis mencoba memahami
apa yang dimaui belut.
1. Konsep dasar “budidaya belut” yang selama ini dilakukan adalah
menggunakan konsep “budidaya ikan”
2. Konsep pembuatan media hidup bagi belut yang dibuat di kolam, drum
atau bak permanen adalah “konsep penyediaan pakan”, bukan konsep
“tersedianya pakan yang baik di lingkungan hidup yang cocok bagi belut
sawah”.
3. Sifat kanibal dan berganti kelamin merupakan sifat bawaan belut
yang sulit dikendalikan, sehingga hanya lahan sawah yang subur
merupakan media yang paling cocok bagi perkembang biakan belut.
4. Habitat asli belut yang berupa lumpur sawah yang subur ternyata
tidak dapat diimitasi di kolam-kolam pemeliharaan.

HARAPAN
Setelah orang selama hampir 25 tahun memaksa belut untuk hidup di
kolam dan tidak seorangpun berhasil, kini belut benar-benar menjawab
pertanyaan banyak orang bahwa dirinya adalah bukan ikan dan tidak mau
hidup di kolam. Dia akan mengabdikan hidupnya bagi kepentingan manusia
namun dengan syarat hanya akan hidup dan berkembang biak dengan baik
apabila ia di sawah.
“Kembalikan jerami padiku setelah engkau ambil gabahnya, bebaskanlah
lingkunganku dari pestisida apabila engkau olah tanahnya, kirimilah
aku dengan kotoran ternakmu, maka akan aku berikan pada anak cucumu
protein yang baik untuk kecerdasannya, rejeki yang banyak bagi yang
mengusahakannya dan akan menjadi terkenal namanya bagi siapa saja yang
menggoreng dan membungkusku dengan kemasan yang baik”
Demikianlah apa yang dikatakan belut kepada kita semua termasuk
kepada mereka yang jijik, ngeri dan geli bila melihat belut.

PENUTUP
Jangan tanyakan padaku bagaimana caranya memelihara belut di kolam,
karena itu hanya omong kosong.
Tanyakan padaku “bagaimana membiakkan belut ?”…………
Jawabannya adalah :” suburkanlah sawah, maka belut melimpah”

Adji Pribadi R. ( PPL Perikanan Kecamatan Godean )
Hp 08174123018

Senin, 06 April 2009

belut Besar dan CV. A-mtd Raja P.A.S.A

Jangan kaget liat belut yang segini gede, saya juga baru pertama, ndak tahu kalau para beluter dah pernah melihatnya. Ceritanya saya di call ama Pak Ali kalau di kolam penampungan beliau ada seekor belut yang cukup besar. Tanpa pikir panjang saya coba main kerumah beliau, saya datang langsung belut diangkat dari kolam ke ember, wow besar benar. Ceritanya belut ini sisa beberapa bulan yang lalu, dan untuk makan kata beliau hanya di kasih nasi sisa, tidak kepikiran kalau didalam ada belut yang besar seperti itu. Kira-kira berapa lama ya umurnya?
Saya akan coba sharing sedikit informasi yang saya dapat dari hasil main ke rumah Bapak Ali Murtadho. Bapak Ali adalah pemilik dari CV A-mtd Raja P.A.S.A, beliau bergerak dalam bidang perdangangan belut, baik itu belut konsumsi maupun bibit belut, selain itu juga menyediakan olahan belut berupa keripik belut yang bukan asing lagi bagi kita.
Untuk jenis bibit belut yang disediakan dari jenis kuning yang bergaris hitam, isi tiap kilogramnya antara 100-150 ekor. Bapak Ali juga melayani penjualan bibit untuk luar kota, tentunya ditambah biaya kirim untuk masing-masing kota. Untuk luar kota tentunya ada minimal order biar ongkos kirim tidak lebih mahal dari harga bibitnya.

Harga untuk bibit belut di Pak Ali sekitar 30.000 rupiah, harga ini bisa berubah-ubah, tergantung ketersediaan bibit, jumlah pembelian, hal ini wajar dalam hukum ekonomi.
Ukuran belut konsumsi perkilo isi 7-10 ekor, untuk harga sangat variatif. ketika saya berkunjung kesana ada stok belut konsumsi cukup banyak sekitar 9 kwintal, namun belum sampai 1 minggu stok tinggal 0,5 drum, sekitar 75 kg. sehingga bisa kita simpulkan kebutuhan akan belut konsumsi sangat besar.
Berikut beberapa gambar yang sempat saya ambil dari rumah bapak ali, semoga bisa menjadi referensi kita.

Alamat Bapak Ali
CV. A-mtd Raja P.A.S.A (Perkasa Alitama Sukses Abadi)
jl Pati-Kudus
Perum Sukoharjo Indah Blok A no.3
telp 081325090629,085865646069

Belut dibandingkan Aqua gelas

Belut Ditangan Pak Ali

Drum Penampungan Belut Konsumsi

Kolam Penampungan Sementara


Rabu, 11 Maret 2009

Mengolah Belut, KOKI CILIK TRANS 7

Ide tulisan ini berasal dari tanyangan salah satu stasiun Televisi TRANS 7 pada jum'at 6 maret 2009. Ceritanya pas nemenin anak nonton acara Koki Cilik, topik yang diangkat saat itu berhubungan dengan Belut, ini yang menarik.
(Image from http://as3pram.wordpress.com/page/3/)
Ilustrasi tayangan diawali dengan sang koki mancing belut disawah, sayang kelihatannya ilustrasinya ndak begitu nyambung, soalnya saat mancing kok pakai sepatu kayak mau olahraga aja (maaf, hanya sekedar kritik), dan sayang belut hasil tangkapan ndak dibawa, entah di buang kemana, soalnya mereka harus bergegas masak belut di hotel yang cukup mewah, kali aja ndak boleh bawa belut sendiri ke hotel.
Akhirnya acara memasak dimulai, saya lupa apa menu masakannya lupa ndak bawa catatan, tapi intinya filet belut dicampur dengan beberapa sayuran, kelihatannya cacahan wortel, ama tambahan bumbu-bumbu sederhana, bawang merah, bawang putih, garam. Campuran tadi dibuat bulatan-bulatan untuk digoreng seperti cyspy, jadi ada tepung roti, untuk olesan dan sebelumnya di celupkan dalam kocokan telur, biar tepungnya lengket. Kalau kita liat emang untuk memasak belut ndak usah banyak bumbu, sudah terasa gurih itu hebatnya belut.
Kemudian acara dilanjutkan dengan kunjugan ke PT Dapetin punya pak Roy mestinya para beluter ndak asing dengan nama ini, beliau pakar belut generasi awal. Dalam narasi di ceritakan kalau akan dilakukan panen belut, hal ini yang saya nantikan, tapi sayang yang ditampilkan adalah kolam penampungan, bukan kolam budidaya. Salut pada pak Roy yang kabarnya sudah expor belut. Mungkin bagi para beluter yang mau titip expor belutnya, bisa kontak pak Roy, bukan promosi lho. Untuk stok lokal aja kelihatannya kita masih butuh banyak ya.
Nah ini mungkin yang dibutuhkan para ibu-ibu, tip mengolah belut. Agar belut tidak licin maka gunakan abu gosok untuk menghilangkan lendir di badan belut, gosok2 ampe tidak licin lagi, kemudian di cuci bersih dan baru di olah. Dari tanyangan juga bisa digunakan garam jika abu gosok susah didapatkan. Nah yang masih aku belum jelas adalah habis dicuci kenapa harus di rendam dalam air mentimun? apa biar lunak ya. Biasanya setelah belut di potong-potong sebelum digoreng, daging belut di pukul-pukul agar durinya remuk. Sekrang belut siap digoreng, wah gurih tentunya, ditemani dengan nasi liwet, Selamat menikmati


Selasa, 17 Februari 2009

Angkat Belut

Terasa dah lama sekali ndak nulis di blog ini, maklum banyak kesibukan di kerjaan yang baru. Saya mau sharing sedikit ilmu semoga bermanfaat. Ceritanya sebulan lalu saya penasaran ama kolam percobaan saya yang pertama, yang saya isi bibit dari pasar. Saya coba bongkar, tanaman air, enceng gondok disingkirkan semua, air di buang semua, kemudian media mulai di bongkar-bongkar (sayang ndak ada gambarnya yang ini).
Ternyata susahnya minta ampun bongkar media lumpur ini, dan kebetulan karena ini media versi lama yang berisi tanah pekarangan, jerami, gedebog, ama kotoran kambing. Media sudah hampir 10 bulan namun masih ada jerami yang utuh, dan tentunya kotoran kambing yang ndak mau hancur. ini bisa buat catatan para beluter. Kemudian tanah kebun tetep akan padat, susah jadi lumpur, jadi kolam saya hanya beberapa cm aja yang gembur, bagian atas, namun demikian belut masih bisa hidup, tapi tidak optimal.
Saya buat sekat didalam kolam untuk memisahkan media yang mau dibuang dan media yang masih ada belutnya. Ternyata belutnya akan mengumpul kalau kita kejar-kejar, jadi saya kepikiran kalau pada salah satu pojok kolam dibuat tempat yang lebih rendah, didekat pembuangan, sebagai tempat belut yang akan dipanen.
Lumayan capek untuk mengeluarkan media, akhirnya hampir 1 jam untuk mengambil belut dari kolam 2x1 dengan media setinggi 20 cm. Belutnya ndak banyak hanya sekitar 30 an lah, karena dulu dapatnya hanya sekitar 2 kg.
Berikut gambar beberapa belut yang saya tangkap. ada yang besar sekitar pegangan sepeda (Stang), tapi masih ada juga yang kecil, sebesar jempol saya.
Beberapa ekor dimasak, dan sisanya saya masukkan lagi kekolam, sapa tahu bisa beranak pinak. Belut ini hanya saya kasih makan pelet ikan.








Rabu, 03 September 2008

Tebar Bibit

Dah lama pengin sharing soal pengalaman dalam memelihara belut, maklum koneksi tidak memungkinkan, kebetulan tulisan ini saya tulis disaat ada pinjeman telkomsel Flash, disela-sela tugas luar kota. Sebelumnya saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa kepada saudara-saudara, semoga amal ibadah kita diterima Allah, dan kita selalu dalam lindungannya, amin.
Saya akan coba sharing pengalaman saya dalam memelihara belut, saya bilang ini langkah nekad saya, kenapa? karena dari media dan teknik mungkin dibilang jarang dipakai para "pakar" belut yang biasa memberikan ceramah sebagai narasumber. Keinginan untuk mencoba memelihara lebih banyak lagi dari kolam percobaan saya, saya menemukan beberapa belut bisa menjadi besar, walaupun mungkin belum bisa memenuhi kaidah "ekonomis", yang penting intinya bisa besar dulu. Dari sedikit pengalaman tadi saya beranikan untuk membuat media, seperti yang saya tulis sebelumnya.
Pada tahapan pembuatan media ini jangan sampai tergesa-gesa, menurut pengalaman saya media tidak akan siap hanya dalam 2 minggu, jika didalam media tersebut terdapat jerami atau gedebog. Dari penngamatan saya, setelah membusuk gedebog ini akan mengeluarkan cairan yang berbau, ini tidak akan hilang dalam waktu pendek, perlu waktu untuk menjadikan matang. Jadi kalau kita bisa memasukkan jerami dan gedebig dalam keadan kering akan mengurangi waktu pembusukan tersebut. Intinya olah media dengan sebaik-baiknya. Media seperti yang saya uraikan sebelumnya akhirnya siap setelah hampir 2 bulan dengan menggantikan air terus menerus. Matang menurut saya disini karena sudah tidak berbau, ditandai dengan air tidak lagi coklat.
Setelah media siap, awal bulan kemarin saya coba tebar 5 kg bibit,

kebetulan karena saya dekat dengan Bapak Ali, bibit saya ambil dari beliau, wah bukan promosi lho, cuman demikian adanya Bapak Ali menyediakan bibit bagi saudara-saudara yang membutuhkan bibit dari jumlah yang kecil sampai kwintal. sebaiknya memasukkan bibit pada sore hari karena cuaca lebih bagus. Dari 5 kg bibit tersebut pastinya ada yang mati, karena adaptasi. Seringlah dikontrol dalam 1-2 minggu pertama tebar karena biasanya akan ada belut yang mati karena seleksi alam, namun setelah minggu ke 3-4 seharusnya tidak ada lagi belut yang mati, karena sudah beradaptasi. Demikian bila media dan bibit cocok.
Untuk makanan saya coba berikan pelet ikan, ama cacing sutera diawalnya, kenapa? karena waktu untuk mencari makanan alam tidak ada waktu, dan saya yakin bila diadaptasikan insyaallah belut mau makan pelet. Kita tunggu perkembangan selanjutnya.

Senin, 23 Juni 2008

Media Belut Dari Kompos

Rasanya sudah lama ndak sharing di blog ini gatal, cuman bigung mau nulis apa ya, soalnya belum ada info baru. Saya coba sharing pengalaman dalam membuat media untuk belut, yang rencananya akan saya gunakan untuk mengisi dua bak saya. Karena dirasa sulit untuk mendapatkan tanah atau lumpur sawah (soalnya ndak punya sawah, dan ndak ada yang mau jual tanah sawah), saya mencoba mencari informasi media apa yang bisa digunakan, atas saran dari salah satu beluter di negeri seberang menyarankan pakai kompos. Banyak jenis kompos yang bisa digunakan untuk media, dari kompos daun-daunan, sayuran, kotoran sapi atau berbagai jenis bahan organik lainnya.
Akhirnya pilihan jatuh pada kotoran sapi, dengan pertimbangan mudah mendapatkan dan harga yang relatif murah. Sebagai informasi untuk satu bak col diesel l300 sekitar 25 - 30 ribu, tergantung nego, malah kalau kita punya kenalan bisa-bisa gratis, tinggal tambah ongkos angkut dan sewa mobilnya. Pilih kotoran sapi yang sudah setengah matang, biar mudah bawanya.
Bahan lain yang dibutuhkan untuk membuat membuat kompos dengan kotoran sapi ini adalah dedaunan baik kering atau basah, jerami, gedebog untuk mempercepat proses pembuatan kompos sebaiknya ditambahkan starter mikroorganisme, dalam hal ini saya menggunakan merek NOPKOR, banyak jenis mikroorganisme starter yang bisa kita jumpai di pasaran. Jangan lupa siapkan tempat dan tutup, tutup ini dapat berupa karung goni. Tempat ini nantinya digunakan untuk menunpuk bahan yang akan di proses jadi kompos, kalau kita menggunakan kolam dari terpal sebaiknya proses pembuatan kompos ini diproses diluar kolam, karena terpal ini rentan sobek. Kemungkinan karena ketidak segajaan kita saat mengolah kompos terpal tertusuk benda tajam, akhirnya bocor. kalau kolam dari semen proses dapat dilakukan di bak tersebut. sekedar saran saja, untuk jaga-jaga.
Proses pembuatan Kompos.
1. Potong-potong dedaunan, jerami, gedebog atau hijauan yang lain, hilangkan dari ranting-ranting yang keras, potong sekecil mungkin untuk memudahkan proses pembuatan kompos.
2. encerkan stater mikroorganisme sesuai aturan, atau lebih encer guna mencukupi kebutuhan air saat pembasahan media.
3. susun kotoran sapi pada lapisan bawah, kemudian semprot dengan cairan stater mikroorganisme yang sudah di encerkan, sampai media kelihatan cukup basah, lapisan berikutnya adalah hijauan yang sudah dipotong-potong, kemudian semprotkan lagi starter mikroorganisme. Ulangi susunan tersebut sampai media habis. Sebaiknya tinggi bahan per lapisan jangan terlalu tinggi kira-kira 10 cm saja, banyak lapisan lebih bagus.
4. Setelah semua bahan selesai disusun dalam gundukan, tutup gundukan bahan dengan karung goni, jangan dengan plastik, karena mikroorganisme memerlukan oksigen untuk mempercepat proses pengkomposan. karena pengalaman media yang ditutup rapat tidak mau jadi kompos.

5. Cek keadaan media jika terlalu kering semprotkan air kedalam media, agar selalu lembab, jika suhu meningkat terlalu tinggi buka penutup karung goni, sebentar kemudian tutup rapat lagi. Lakukan pengecekan sehari sekali, atau minimal 2 hari sekali.
6. Media akan jadi kompos sekitar 2 - 3 minggu, tergantung kondisi bahan. Ciri-ciri kompos yang sudah jadi adalah hijauan akan hancur, dan kotoran sapi yang semula mengumpal akan terurai dan mudah untuk dikorek-korek.

Kompos yang sudah jadi tidak jangan langsung digunakan untuk media belut, sebaiknya di bolak-balik untuk menghilangkan amoniak dan gas hasil fermentasi. Setelah cukup di angin-anginkan media siap dimasukkan ke dalam kolam, rendam kompos dengan air, kira-kira 2 hari kemudian ganti air dalam kolam. Demikian ganti air beberapa kali, sambil media diaduk-aduk, tujuan dari pencucian media kompos ini adalah menghilangkan gas, dan menstabilkan keasaman media. Jika media sudah tampak gembur bibit belut baru siap untuk di tebarkan.
Artikel tersebut dituliskan dari sedikit pengalaman dalam menyiapkan media utnuk belut, dan dari beberapa referensi, Semoga membantu para beluter, dan mohon saran dan masukan bila ada yang tidak benar.