Rabu, 03 September 2008

Tebar Bibit

Dah lama pengin sharing soal pengalaman dalam memelihara belut, maklum koneksi tidak memungkinkan, kebetulan tulisan ini saya tulis disaat ada pinjeman telkomsel Flash, disela-sela tugas luar kota. Sebelumnya saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa kepada saudara-saudara, semoga amal ibadah kita diterima Allah, dan kita selalu dalam lindungannya, amin.
Saya akan coba sharing pengalaman saya dalam memelihara belut, saya bilang ini langkah nekad saya, kenapa? karena dari media dan teknik mungkin dibilang jarang dipakai para "pakar" belut yang biasa memberikan ceramah sebagai narasumber. Keinginan untuk mencoba memelihara lebih banyak lagi dari kolam percobaan saya, saya menemukan beberapa belut bisa menjadi besar, walaupun mungkin belum bisa memenuhi kaidah "ekonomis", yang penting intinya bisa besar dulu. Dari sedikit pengalaman tadi saya beranikan untuk membuat media, seperti yang saya tulis sebelumnya.
Pada tahapan pembuatan media ini jangan sampai tergesa-gesa, menurut pengalaman saya media tidak akan siap hanya dalam 2 minggu, jika didalam media tersebut terdapat jerami atau gedebog. Dari penngamatan saya, setelah membusuk gedebog ini akan mengeluarkan cairan yang berbau, ini tidak akan hilang dalam waktu pendek, perlu waktu untuk menjadikan matang. Jadi kalau kita bisa memasukkan jerami dan gedebig dalam keadan kering akan mengurangi waktu pembusukan tersebut. Intinya olah media dengan sebaik-baiknya. Media seperti yang saya uraikan sebelumnya akhirnya siap setelah hampir 2 bulan dengan menggantikan air terus menerus. Matang menurut saya disini karena sudah tidak berbau, ditandai dengan air tidak lagi coklat.
Setelah media siap, awal bulan kemarin saya coba tebar 5 kg bibit,

kebetulan karena saya dekat dengan Bapak Ali, bibit saya ambil dari beliau, wah bukan promosi lho, cuman demikian adanya Bapak Ali menyediakan bibit bagi saudara-saudara yang membutuhkan bibit dari jumlah yang kecil sampai kwintal. sebaiknya memasukkan bibit pada sore hari karena cuaca lebih bagus. Dari 5 kg bibit tersebut pastinya ada yang mati, karena adaptasi. Seringlah dikontrol dalam 1-2 minggu pertama tebar karena biasanya akan ada belut yang mati karena seleksi alam, namun setelah minggu ke 3-4 seharusnya tidak ada lagi belut yang mati, karena sudah beradaptasi. Demikian bila media dan bibit cocok.
Untuk makanan saya coba berikan pelet ikan, ama cacing sutera diawalnya, kenapa? karena waktu untuk mencari makanan alam tidak ada waktu, dan saya yakin bila diadaptasikan insyaallah belut mau makan pelet. Kita tunggu perkembangan selanjutnya.

Senin, 23 Juni 2008

Media Belut Dari Kompos

Rasanya sudah lama ndak sharing di blog ini gatal, cuman bigung mau nulis apa ya, soalnya belum ada info baru. Saya coba sharing pengalaman dalam membuat media untuk belut, yang rencananya akan saya gunakan untuk mengisi dua bak saya. Karena dirasa sulit untuk mendapatkan tanah atau lumpur sawah (soalnya ndak punya sawah, dan ndak ada yang mau jual tanah sawah), saya mencoba mencari informasi media apa yang bisa digunakan, atas saran dari salah satu beluter di negeri seberang menyarankan pakai kompos. Banyak jenis kompos yang bisa digunakan untuk media, dari kompos daun-daunan, sayuran, kotoran sapi atau berbagai jenis bahan organik lainnya.
Akhirnya pilihan jatuh pada kotoran sapi, dengan pertimbangan mudah mendapatkan dan harga yang relatif murah. Sebagai informasi untuk satu bak col diesel l300 sekitar 25 - 30 ribu, tergantung nego, malah kalau kita punya kenalan bisa-bisa gratis, tinggal tambah ongkos angkut dan sewa mobilnya. Pilih kotoran sapi yang sudah setengah matang, biar mudah bawanya.
Bahan lain yang dibutuhkan untuk membuat membuat kompos dengan kotoran sapi ini adalah dedaunan baik kering atau basah, jerami, gedebog untuk mempercepat proses pembuatan kompos sebaiknya ditambahkan starter mikroorganisme, dalam hal ini saya menggunakan merek NOPKOR, banyak jenis mikroorganisme starter yang bisa kita jumpai di pasaran. Jangan lupa siapkan tempat dan tutup, tutup ini dapat berupa karung goni. Tempat ini nantinya digunakan untuk menunpuk bahan yang akan di proses jadi kompos, kalau kita menggunakan kolam dari terpal sebaiknya proses pembuatan kompos ini diproses diluar kolam, karena terpal ini rentan sobek. Kemungkinan karena ketidak segajaan kita saat mengolah kompos terpal tertusuk benda tajam, akhirnya bocor. kalau kolam dari semen proses dapat dilakukan di bak tersebut. sekedar saran saja, untuk jaga-jaga.
Proses pembuatan Kompos.
1. Potong-potong dedaunan, jerami, gedebog atau hijauan yang lain, hilangkan dari ranting-ranting yang keras, potong sekecil mungkin untuk memudahkan proses pembuatan kompos.
2. encerkan stater mikroorganisme sesuai aturan, atau lebih encer guna mencukupi kebutuhan air saat pembasahan media.
3. susun kotoran sapi pada lapisan bawah, kemudian semprot dengan cairan stater mikroorganisme yang sudah di encerkan, sampai media kelihatan cukup basah, lapisan berikutnya adalah hijauan yang sudah dipotong-potong, kemudian semprotkan lagi starter mikroorganisme. Ulangi susunan tersebut sampai media habis. Sebaiknya tinggi bahan per lapisan jangan terlalu tinggi kira-kira 10 cm saja, banyak lapisan lebih bagus.
4. Setelah semua bahan selesai disusun dalam gundukan, tutup gundukan bahan dengan karung goni, jangan dengan plastik, karena mikroorganisme memerlukan oksigen untuk mempercepat proses pengkomposan. karena pengalaman media yang ditutup rapat tidak mau jadi kompos.

5. Cek keadaan media jika terlalu kering semprotkan air kedalam media, agar selalu lembab, jika suhu meningkat terlalu tinggi buka penutup karung goni, sebentar kemudian tutup rapat lagi. Lakukan pengecekan sehari sekali, atau minimal 2 hari sekali.
6. Media akan jadi kompos sekitar 2 - 3 minggu, tergantung kondisi bahan. Ciri-ciri kompos yang sudah jadi adalah hijauan akan hancur, dan kotoran sapi yang semula mengumpal akan terurai dan mudah untuk dikorek-korek.

Kompos yang sudah jadi tidak jangan langsung digunakan untuk media belut, sebaiknya di bolak-balik untuk menghilangkan amoniak dan gas hasil fermentasi. Setelah cukup di angin-anginkan media siap dimasukkan ke dalam kolam, rendam kompos dengan air, kira-kira 2 hari kemudian ganti air dalam kolam. Demikian ganti air beberapa kali, sambil media diaduk-aduk, tujuan dari pencucian media kompos ini adalah menghilangkan gas, dan menstabilkan keasaman media. Jika media sudah tampak gembur bibit belut baru siap untuk di tebarkan.
Artikel tersebut dituliskan dari sedikit pengalaman dalam menyiapkan media utnuk belut, dan dari beberapa referensi, Semoga membantu para beluter, dan mohon saran dan masukan bila ada yang tidak benar.

Kamis, 29 Mei 2008

Pelatihan Budidaya Belut Tanpa Lumpur III

Melajutkan topik pelatihan belut yang diadakan di pati, setelah sesion paparan yang disampaikan oleh bapak Sarkan dilanjutkan dengan sesion tanya jawab. Dalam kesempatan ini peserta bisa menyampaikan langsung pertanyaan seputar budidaya belut, dalam sesion ini pertanyaan dari peserta akan langsung dijawab oleh Bapak Sarkan. Tapi mohon maaf mungkin tidak semua pertanyaan dari peserta dapat saya tangkap, maklum sambil ngelamun soalnya. Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban yang masuk dalam pantauan saya:

Q : Jenis Kolam yang tepat untuk budidaya Belut
A : kolam terpal lebih murah namun tidak awet dibanding kolam permanen, namun membutuhkan banyak biaya

Q : Bagaimana cara menghilangkan bau semen pada kolam permanen
A : biasanya di gosok-gosok dengan gedebog pisang dan direndam dengan air gedebog yang coklat itu.
(pengalaman saya pernah mencoba dengan menggunakan larutan PK, jadi kolam dipenuhi air kemudian dimasukkan larutan PK secukupnya, sampai berwarna ungu tua)

Q : Jenis media apa yang paling bagus
A : media yang pernah dicoba oleh bapak Sarkan adalah media dengan lumpur dan media tanpa lumpur, atau gedebog pisang busuk, semuanya bagus
media diusakan ada yang kering, artinya tidak semua tergenang sama air, dengan tujuan jika nantinya pas memberikan pakan cacing jika ada cacing yang tidak termakan bisa hidup di tempat yang kering tadi.

Q : Kreteria gedebog pisang yang dibuat media
A : Gedebog pisang busuk tersebut bukan dibusukkan di dalam kolam, namun dibusukkan diluar kolam. Gedebog yang bagus adalah gedebog yang berasal dari batang pisang yang sudah tua, setelah panen batang pisang dipotong kira-kira 30-50 cm, kemudian disimpan sampai busuk, kemudian baru bisa digunakan untuk media. setelah masuk ke kolam tambahkan air, namun media tidak bisa langsung dimasukki bibit. Ganti air 3-4 kali sampai tidak ada bau dan air lebih jernih. Hal ini difungsikan untuk mengurangi getah dalam batang.

Q : Karena daerah pati terutama winong kurang air dalam musim kemarau, bagaimana cara mengatasinya
A : Air harus ada, tidak bisa di toleransi, cara agar kebutuhan belut akan air terpenuhi maka minimal 2 hari sekali air diganti, atau dialirkan.
(saya ada ide bagaimana kalau air tersebut disirkulasi seperti di aquarium, jadi nantinya setelah sirkulasi terbentuk dengan baik kita tidak usah menambahkan air banyak-banyak, hanya menambahkan sedikit air yang menguap)

Q : Apakah bibit yang dari Bapak Sarkan ada garansinya
A : pembelian bibit dari bapak sarkan diberikan garansi selama 1 bulan jika ada kematian akan diganti, untuk daerah pati dan sekitarnya pembelian bibit dikoordinasi oleh BKM Pandawa. Minimal penggantian jika membeli bibit 25 kg.

Q : Pertanyaan dari rekan beluter Kendal yang mempunyai kendala banyak bibit belutnya yang mati setelah 1 bulan.

A : dimungkinkan karena media yang belum matang dan kondisi air

Q : masih dari rekan dari kendal,kematian belut ini ditandai dengan bercak-bercak putih pada tubuh belut
A : bapak Sarkan belum memberikan jawaban yang cukup memmuaskan penanya, karena kebetulan beliau belum pernah mengalami penyakit tersebut. di perkirakan karena tergores oleh media yang belum matang.

Q : Kenapa kalau ada hujan dimalam hari banyak belut mati di pagi harinya, tapi kalau hujan tersebut siang hari tidak ada masalah dengan belut.
A : Bapak Sarkan memberikan jawaban, biasanya belut malah lebih suka dengan air hujan.
(menurut saya, jenis hujan sekarang khan banyak kandungan kimianya atau lebih asam karena banyak pencemaran dimana-mana, apalagi pada daerah tertentu yang banyak pabrik, artinya air hujannya sudah tidak sehat lagi)

Q : Jenis pakan apakah yang cocok selain Cacing? apakah ikan rucah bisa?
A : karena belut tidak suka dengan asin, maka untuk jenis ikan rucah yang berasal dari laut kurang cocok bagi belut.

Demikian sedikit tangkapan dari sesion tanya jawab yang sempat saya ingat-ingat, semoga bisa memberikan informasi tambahan bagi para Beluter.

Selasa, 27 Mei 2008

Pelatihan Budidaya Belut Tanpa Lumpur II

Berikut Gambar hasil tangkapan dalam Pelatihan Budidaya Belut Tanpa Lumpur dengan nara sumber Bapak Ahmad Sarkan. Untuk gambar lebih jelasnya akan saya coba upload di forum BelutJawa.















Penyiapan Kolam Dan Media
Bapak Sarkan mencoba menerangkan proses pembuatan kolam dan penyiapan media, walaupun di bawah terik matahari tapi para peserta antusias untuk mendengarkan.















Bibit Belut yang disiap untuk didistribusikan ke petani.















Kolam Budidaya dari terpal, kolam tersebut milik bapak Kokok. Kolam terbuat dari terpal, media 100% Gedebog pisang busuk. Kedalaman media 25 cm.















Agar ketersediaan pakan buat belut terjamin, maka dibuat peternakan cacing.















Close up dari cacing yang belum masuk kemedia, karena cacing ini baru saja didatangkan.















Diskusi di kolam bersama panitia dan peserta.

Pelatihan Budidaya Belut Tanpa Lumpur I


Meneruskan topik pelatihan budidaya belut, saya akan coba ceritakan runtutan acara dan hasil pelatihan budidaya belut yang diadakan oleh BKM Pandawa Winong kec. winong kabupaten Pati, dengan nara sumber Bapak Ahmad Sarkan SE, M.ag.
Acara ini termasuk sepektakuler, karena jumlah peserta yang sangat banyak ada lebih dari 300 orang peserta. Pelatihan yang berlokasi di ruang pertemuan balai desa winong ini penuh sesak, sebagian besar peserta berasal dari kec Winong terutama warga desa winong sendiri, dan beberapa peserta dari luar kota. Acara ini dihadiri oleh Bapak camat Winong mewakili ibu wakil Bupati yang sedianya akan membuka pelatihan ini, pejabat dari dinas perikanan dan para pamong praja. acara baru dimulai pukul 10.00 mundur satu jam dari jadwal yang direncanakan,karena masih menunggu beberapa peserta yang dari luar kota, termasuk rombongan saya beserta teman-teman beluter dari Kendal. walaupun waktu untuk menyiapkan acara tersebut sangat terbatas, hanya 3 minggu (penuturan dari bapak ketua panitia) namun karena kepanitian tersusun dengan rapi, kerja sama dan kerja keras menghasilkan lingkungan pelatihan yang rapi dan teratur.
Acara dimulai dengan sambutan-sambutan dari bapak ketua panitia, bapak wakil dari dinas perikanan dan sambutan dari bapak camat. Harapan yang disampaikan dari bapak camat sebagai wakil dari ibu wakil bupati mengharapkan kepada perserta untuk benar-benar memperhatikan materi yang akan disampaikan oleh bapak nara sumber, yang nantinya akan sangat bermanfaat setelah menekuni budidaya belut nantinya. Harapan berikutnya beliau mengharapkan Pati sebagai sentra budidaya Belut, yang nantinya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pati. Beliau juga memberikan angin segar bagi para kelompok tani yang kekurangan modal agar jangan kwatir, pemerintah akan memberikan kucuran dana jika memang kelompok tani tersebut mempunyai prospek kedepan yang bagus.
Setelah acara seremonial dan lomba pidato dilanjutkan dengan paparan budidaya belut oleh narasumber bapak Ahmad Sarkan. Paparan dimulai dengan sejarah perbelutan nasional, ada empat orang narasumber yang sampai sekarang dijadikan acuan bagi para beluter. Dimulai dari Bapak Roy, Bapak Son son, Bapak Ardiyant dan yang baru naik daun Bapak Sarkan. Kemudian dilanjutkan dengan paparan prospek budidaya belut ini, masalah bibit dan hasil panen akan ditangani oleh Bapak Sarkan, diharapkan petani yang sudah membudidayakan tidak akan kebigungan untuk mendapatkan bibit dan kemana akan memasarkan hasil panen. Beliau mampu untuk menyediakan bibit dalam jumlah besar, karena sudah banyak daerah-daerah yang mengambil bibit dari Bapak Sarkan. Untuk pengambilan bibit akan diberikan garansi kematian, dan bibit yang dihasilkan merupakan bibit hasil pemijahan, demikian garansi yang diberikan oleh bapak Sarkan kepada para peserta pelatihan.
Membahas masalah teknik budidaya diawali dengan menguraikan jenis-jenis belut yang bisa dibudidayakan, dilanjutkan dengan hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya belut.
Beberapa hal Yang perlu diperhatikan :
  1. Pakan Awal
  2. Pakan Lanjutan
  3. Kolam
  4. Media
  5. Air
  6. Tanaman Air
Pakan ditekankan sekali, karena budidaya belut tanpa pemberian pakan yang bagus belut tidak akan berkembang baik. Sebelum memulai budidaya belut pakan berupa cacing perlu kita siapkan dulu minimal 14 hari sebelum tebar , karena jenis cacing tersebut akan berkembang setelah 14 hari. Tidak ada pemberitahuan jenis cacing yang disediakan oleh Bapak Sarkan. Pemberian pakan minimal 5 % pada bulan pertama 10% pada bulan kedua, 15 % pada bulan ke tiga, untuk bulan ke empat perlu ditambahkan makanan lain selain cacing, karena kebutuhan pakan semakin besar. Makanan tambahan ini dapat berupa belatung, yuyu, keong dan banyak macamnya.

Menginjak kemasalah Kolam, dijelaskan ada empat tipe kolam:
  1. Kolam Sawah
  2. Kolam Pemanen/Tembok
  3. Kolam Jaring
  4. Kolam Terpal
Dari beberapa tipe kolam tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri, yang umum dipakai adalah kolam permanen dan kolam terpal. Kelebihan dari kolam permanen adalah memudahkan dalam merawat belut, tahan lama yang menjadi kendala adalah biaya pembuatan yang butuh dana cukup besar. sebagi alternatif dapat digunakan

Kolam Terpal, yang mempunyai kelebihan harga pembuatan yang cukup murah.
Media hidup belut sangat memegang peranan dalam budidaya belut ini karena sebgai rumah dari belut, yang namanya rumah haruslah nyaman untuk tempat tinggal, sehingga kita harus membuat media ini cocok dengan belut. Media dibuat semaksimal mungkin mendekati media asli dialam. Ada empat jenis media yang direkomendasikan Oleh Bapak Sarkan :
  1. Murni 100% Tanah (sebaiknya tanah sawah)
  2. Campuran 80% tanah, 10% gedebog pisang busuk dan 10% jerami
  3. Campuran 80% tanah dan 20% Gedebog pisang busuk
  4. Murni 100% gedebog busuk
Dari keempat media tersebut semuanya telah dicoba oleh bapak Sarkan dan sudah cocok untuk budidaya belut, semua dikondisikan sesuai dengan keadaan lingkungan masing-masing.
Air tidak boleh lepas dari pantaun, Air yang bersih sanagt dibutuhkan dalam budidaya belut ini, karena banyak sisa hasil metabolisme, atau kotoran belut yang harus dikeluarkan. Kondisi air mengalir sangat di rekomendasikan, minimal 2 hari sekali ada sirkulai air.
Yang disebut sebagai Budidaya belut tanpa media Lumpur adalah point ke empat, media 100% gedebog pisang yang busuk, namun amat disayangkan ulasan tentang media tanpa lumpur ini sangat terbatas.
Ulasan tentang cara panen masih belum lengkap, bagaimana cara penanganan hasil panen, cara mengangkat belut dari lumpur, pengangkutan. Yang masih belum dibahas adalah masalah penyakit.
Setelah paparan disampaikan oleh bapak Sarkan dilanjutkan dengan sesion tanya jawab.
Saya akan coba tuliskan apa saja yang banyak ditanyakan oleh peserta dan kebetulan ada sedikit gambar yang bisa memberikan gambaran pada kita. To be continue

Senin, 19 Mei 2008

Pelatihan Belut Oleh Bapak Ahmad Sarkan

Beberapa Hari yang lalu saya mendapatkan info akan diadakannya Pelatihan Budidaya belut yang akan dipandu oleh bapak Ahmad Sarkan dari Kuningan, Cirebon. Nama Bapak Sarkan bukan asing lagi bagi para pemula belut, banyak referensi merujuk kepada beliu.
Atas ijin dari bapak panitia brosur pelatihan ini dapat saya sebarluaskan, namun sayang waktunya memang sudah mepet, namun bila dari para beluter ada yang berminat silahkan kontak panitia. Info dari panitia pendaptaran akan ditutup tanggal 20 mei 2008, karena keterbatasan tempat.
Insyaallah setelah mengikuti pelatihan nanti, atas ijin narasumber saya coba tuliskan apa yang saya dapatkan. Ditunggu tanggal mainnya.
Berikut Brosur Pelatihan tersebut.

Petunjuk Praktis Budidaya Belut bagi Pemula

Belut yang mempunyai nama latin Monopterus albus sudah lama dikenal oleh masyarakat baik indonesia maupun diluar negeri karena kandungan protein dan gizi yang tinggi. Sebagian orang berangapan dengan mengkonsumsi belut akan menambah vitalitas tubuh, dan sebagian lagi menjadikannya sebagai obat untuk beberapa jenis penyakit. Belut di habitat aslinya hidup disawah, rawa atau tempat yang berlumpur, belut mampu hidup dalam kondisi habitat yang kurang air karena mampu untuk menyerap oksigen langsung dari kulitnya.
Selama ini belut yang ada dipasaran adalah belut hasil tangkapan alam, namun untuk memenuhi kebutuhan pasar mulai dikembangkan budidaya belut. Apa yang harus dipersiapkan untuk memulai budidaya belut ini, sedikit sharing ilmu soal budidaya belut.

Kolam

Gambar kolam terpal.
Kolam pembesaran belut dapat menggunakan kolam permanen ( tembok ) dengan ukuran ideal 500 cm X 500 cm kedalaman 120 cm, kolam dari Drum bekas / tong , kolam jaring namun demikian anda juga bisa menggunakan kolam terpal dengan ukuran 400 cm X 200 cm dengan kedalaman 100 cm. Menggunakan kolam terpal memang lebih efisien dan mudah dipindahkan apabila ingin dipindahkan ke tempat lain. Kondisi air ph ideal bagi belut adalah 5 – 7 dengan suhu air antara 16 – 21 derajat Celcius. Untuk menghindari suhu kolam naik akibat sinar matahari langsung sebaiknya kolam diberi atap atau di beri tanaman eceng gondok di atas permukaan air.

Media Pemeliharaan

Media hidup belut dibuat sebaik mungkin mendekati kondisi alam yang sesungguhnya. Setelah anda menyiapkan kolam tersebut di atas, langkah selanjutnya adalah mengisi kolam dengan media pemeliharaan dengan urutan dan ukuran sebagai berikut :
1. Jerami setinggi 25 - 40 cm.
2. Pupuk Urea 5 kg dan NPK 5 kg (kolam berukuran 500 cm X 500 cm atau perbandingannya).
3. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
4. Pupuk Kandang setinggi 5 cm.
5. Pupuk kompos setinggi 5 cm.
6. Lumpur/tanah setinggi 5 cm.
7. Cincangan Batang Pisang setinggi 10 cm.
8. Lumpur/tanah setinggi 15 cm.
9. Air setinggi 5 cm.
Untuk mempercepat fermentasi media diatas pupuk kandang dan kompos dapat digunakan Fermentor atau pupuk cair dg kandungan Microba Organik untuk membuat kompos seperti EM 4, Nasa, Superfarm ,atau NOPKOR yang paling effective, murah dan mudah di dapat ( tuangkan secara merata dg dosis 1 liter untuk kolam berukuran 500 cm X 500 cm atau perbandingannya ),
Media pemeliharaan ini di diamkan agar terjadi proses permentasi selama kurang lebih 2 sampai 3 minggu, atau paling lama 1 bulan sehingga siap untuk ditaburi bibit/benih belut yang akan dibudidayakan. Untuk mengetahui media sdh matang dgn menencapkan bambu / peralon sampai kedasar kolam angkat pelan- pelan keatas bila gelembung bening dan tdk ada bau maka media sudah matang. Setelah media matang alirkan air selama 3 – 4 hari untuk menghilangkan racun diamkan selama sehari bibit baru boleh ditebar.

Persiapan benih / bibit belut

Gambar bibit belut.
Pelaksanaan pembesaran dapat dimulai setelah kolam dan media pemeliharaan siap. Langkah berikutnya adalah memilih bibit belut yang baik agar hasilnya dapat masimal. Bibit belut ini harus dipilih yang sempurna atau normal dan singkirkan yang tidak normal. Belut yang berkualitas ini akan menghasilkan hasil yang baik, sehingga akan berkembang dengan baik pula.

Belut berkualitas memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan atau goresan.
2. Gerakan lincah dan agresif.
3. Penampilan sehat yang dicirikan tubuh yang keras dan tidak lemas manakala dipegang.
4. Tubuh dan kepala seimbang / kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
5. Umur antara 2-4 bulan. Tidak dianjurkan benih berwarna hitam dgn bagian perut berwarna kemerahan benih seprti ini akan tumbuh kerdil, hindari membeli benih dgn cara setrum, benih yg baik adalah hasil tangkapan dgn wuwu / bubu.

Pakan dan kebiasaan makan belut

Belut merupakan hewan karnifora alias pemangsa binatang lain, secara alami memakan binatang kecil yang masih hidup seperti siput, cacing, anak ikan, bekicot dll. Pakan mulai diberikan setelah benih masuk ke kolam perbesaran setelah 3 hari atau hari ke 4 jadi tidak di benarkan memberikan pakan buatan / palet setiap hari harus berseling 2 atau 3 hari sekali ini di maksud untuk mendapatkan hasil produktivitas secara maximum. Jumpah pakan yang diberikn harus sesuai dengan pertumbuhan belut itu sendiri. Sebagai gambaran bulan pertama pemeliharaan diperlukan 5 % dr jumplah / berat benih yang di tebar ( misalkan 40 kg benih diperlukan 2 kg pakan).umur 1~2 bulan sebanyak 6,5 %, bulan ke 2~3 sebanyak 8 % dan 3~4 bulan sebanyak 10 %.

Hama dan Penyakit

1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak,burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
3) Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing.
Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri,jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

Panen

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai denganpermintaan pasar/konsumen 10 ~15 ekor / kg).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain : bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.

Semoga dapat menjadi tuntunan bagi para pemula dan beguna bagi kita semua
Ikatlah amalmu dengan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat

Ditulis ulang dr berbagai sumber
oleh: Agus mst ( agusmst@gmail.com)
Pengurus Koperasi Agrobisnis Sukajaya dan pemerhati budidaya belut di Kendal-Jateng

Rabu, 23 April 2008

Memulai Budidaya Belut


Untuk menambah semangat para pemula belut, ini ada sedikit artikel yang saya ambil dari milis BelutJawa" yang di post oleh bapak dengan ID Jnic. Semoga tips ini bisa membantu kita dalam memulai beternak belut. Karena banyak kendala yang kita hadapi dalam memulai beternak belut ini, semangat boleh namun jangan sampai dengan semangat ini kita akan kandas ditengah jalan gara-gara modal yang kita keluarkan terlalu besar.
Saya belum berpengalaman dalam dunia perbelutan, sharing ini utama
bagi rekan-rekan pemula yang ingin menekuni dunia perbelutan (memang
sangat ber prospek, apalagi kalo ada senior yg mau menggandeng
kita..he.he.he..).Setelah mengamati hampir selama 8 bulan maka sya
coba tuangkan ide2 untuk pemula. Pertama : Kita harus bisa mengamati
dan memaksimalkan sumber daya yg ada disekitar kita. Tidak semua
daerah punya stock gedebong pisang yang melimpah. tidak semua daerah
memiliki jenis tanah yang seperti sawah, atau mungkin malah tidak ada
sawah. Tapi itu semua bisa kita siasati. Untuk tanah agar mirip sawah
(halus) ya harus kita beri air yg lama, lalu di injak-injak. Kalo
tidak ada gedebong ya..tidak pake juga tidak apa2.Saya coba ga pake
gedebong sudah 2 bulan belutnya masih hidup kok. Kedua : Masalah
Pakan, kalo kita hanya mengandalkan yang ada di alam (ikan kecil2,
keong emas,cacing,yuyu) dalam skala kecil masih bisa, tapi kalo kita
akan serius menjadi petani/suplier/pebisnis/pembudidaya belut maka
sebaiknya kita pelajari tentang pakan lebih dahulu. Misalkan kita
ternak cacing tanah dulu ya kira2 5 bulan, nah kalo sdh berhasil kita
bisa mulai buat media untuk belut. Ketiga : Bibit Belut, kalo ingin
sukses tentunya kita harus melakukan uji coba terlebih dahulu. Untuk
yang akan uji coba, kendalanya pada bibit. Pengalaman saya dari
beberapa penyedia bibit setelah saya hubungi untuk beli bibit, mereka
menjawab "Minimal 50 kg pak.." Wow...saya kaget, hhmmm...wong baru mau
uji coba kok sudah 50kg, lha mau saya letakkan dimana sisanya. Tapi
saya sadar ya..itulah dunia bisnis. Akhirnya saya beli belut (yang
kecil-kecil) dari pasar tradisional, konsekwensinya belut yg saya beli
itu kan ga ada jaminan itu bagus atau tidak, tapi ga apalah, dari pada
tidak mencoba.
Dari 30 ekor yg saya masukkan, sudah 2 bulan, yg mati 12 ekor. saya
fokus pada kelangsungan hidup belut itu terlebih dahulu, jika sampe 6
bulan belut tidak mati ya..artinya sudah hampir cocok media yg saya
buat. Tapi saya yakin belut itu ga bisa gede, karena ngasih pakannya
ga rutin kalo pas ada aja he..he..he. Saya suka kasih cacing, tapi
sedikit karena cacing itu lebih baik saya budidayakan dulu.
Untuk Pa Sarkan..apa kabar, awal bulan mei saya mau ke Manis Kidul
Kuningan, bolehkah saya mampir kang sekalian mau beli bibit, 5 kilo
aja. Tapi kalo ga ada ya tidak apa2, yg penting salaturahmi jalan
terus.
Itulah sekedar sharing pengalaman n ide saya, khusus untuk pemula.
Bagi para senior terima kasih atas segala masukannya. Sukses selalu.

Senin, 21 April 2008

BUDIDAYA PORANG

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam yang berupa kayu saja, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Kegiatan budidaya tersebut diperkirakan akan dapat membawa keuntungan baik dari segi ekonomis maupun dari segi ekologis, dimana kesuburan tanah akan tetap dapat dipertahankan tanpa mengubah fungsi pokoknya.
Perum Perhutani sebagai pemegang mandat dalam pengelolaan hutan di Pulau Jawa berupaya secara terus menerus untuk mensukseskan pelaksanaan PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) guna menumbuhkembangkan rasa memiliki segenap masyarakat terhadap fungsi dan manfaat Sumber Daya Hutan secara optimal dan proporsional melalui pembagian peran, tanggung jawab serta hasil produksi guna menjamin kelangsungan fungsi dan manfaat Sumber daya Hutan itu sendiri.
Banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan oleh Perhutani maupun masyarakat di sekitar hutan dalam rangka kegiataan pemanfaatan lahan di bawah tegakan tanaman pokok kehutanan yang biasanya berupa tanaman tumpangsari, antara lain dengan menanam padi, jagung, jeruk, pepaya, nanas, cabai, temu pepet, blimbing, semangka, vanili, maupun porang. Untuk kali ini yang akan kita kaji lebih dalam lagi adalah tentang budidaya porang.

Morfologi Porang
Porang, dikenal juga dengan naman Iles-Iles (Amorphophallus Onchophyllus) dan di daerah Jawa dikenal dengan nama suweg. Merupakan tumbuhan semak (herba) yang memiliki tinggi 100 – 150 cm dengan umbi yang berada di dalam tanah. Batang tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil/katak berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman Porang. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan tanah. Umbi inilah yang akan dipungut hasilnya karena memiliki zat glukomanan.
Tumbuhan ini hidup di bawah naungan dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan alternatif di musim paceklik.
Umbi Porang Hasil panen ukuran 1kg
Kegunaan lain dari porang adalah untuk keperluan industri antara lain untuk mengkilapkan kain, perekat kertas, cat, kain katun, wool dan bahan imitasi yang memiliki sifat lebih baik dari amilum serta harganya yang lebih murah. Selain itu bahan ini juga dapat dipergunakan sebagai pengganti agar-agar dan gelatin sebagai bahan pembuat negative film, isolator dan seluloid karena sifatnya yang mirip selulosa. Sedangkan larutan manaan bila dicampur dengan gliserin atau natrium hidroksida bisa dibuat bahan kedap air. Disamping itu bahan manaan juga dapat dipergunakan untuk menjernihkan air dan memurnikan bagian-bagian keloid yang terapung dalam industri bir, gula, minyak dan serat.Bahan makanan yang berasal dari porang atau iles-iles ini banyak disukai oleh masyarakat Jepang berupa mie atau konyaku, maka salah satu perusahaan yang memproduksi bahan makanan yang berasal dari porang seperti PT Ambico, banyak mengekspornya ke negara matahari terbit tersebut. Tanaman porang itu sendiri dapat dipanen setelah berumur 3 tahun (3 kali pertumbuhan). Dengan perkiraan harga saat ini sekitar Rp. 800,-/Kg dalam keadaan basah. Sedangkan apabila dijual dalam bentuk irisan keripik yang kering, dapat dijual seharga Rp. 9.000,-/Kg. Apabila kita mampu menjualnya langsung ke pihak investor dari Jepang kita akan dihargai sekitar USD 18/Kg. Dalam setiap pohon dapat memanen hasil sebanyak 2 Kg umbi, dan dalam setiap hektarnya dapat diperoleh 12 ton atau sekitar 1,5 ton kering.

Konyaku, Produk olahan dari umbi porang

Pangsa pasar umbi Porang lainya antara lain :.
1. Untuk pangsa pasar dalam negeri;
umbi Porang digunakan sebagai bahan mie yang dipasarkan di swalayan, serta untuk memenuhi kebutuhan pabrik kosmetik sebagai bahan dasar.
2. Untuk pangsa pasar luar negeri; masih sangat terbuka yaitu terutama untuk tujuan Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa negara Eropa.

Syarat Tumbuh Porang
Tanaman Porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya.

1. Keadaan Iklim
Tanaman Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman Porang dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 - 600 M dpl.

2. Keadaan Tanah
Untuk hasil yang baik, tanaman Porang menghendaki tanah yang gembur/subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 - 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja.

3. Kondisi Lingkungan
Naungan yang ideal untuk tanaman Porang adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik.

Perkembangbiakan Porang
Perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Secara umum perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu anatara lain:

1. Perkembangbiakan dengan Katak
Dalam 1 kg Katak berisi sekitar 100 butir katak. Katak ini pada masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehinggabila memasuki musim hujan bisa langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
2. Perkembangbiakan dengan Biji/Buah
Tanaman Porang pada setiap kurun waktu empat tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji.
Dalam satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit Porang dengancara disemaikan terlebih dahulu.
3. Perkembangbiakan dengan Unbi
- Dengan umbi yang kecil, ini diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit.
- Dengan umbi yang besar, ini dilakukan dengan cara umbi yang besar tersebut dipecah-pecah sesuai dengan selera selanjutnya ditanam pada lahan yang telah di siapkan.
Dapat kita lihat disini bahwa budidaya tanaman porang itu sendiri mempunyai prospek yang baik dan bernilai ekonomis yang tinggi bagi masyarakat. Sehingga dapat membantu masyarakat dalam membuka lapangan kerja serta usaha sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat itu sendiri.(pien)

sumber asli dr perum perhutani kph jember
-----------------------------------------------
Dari Berbagai Sumber
Koperasi Agrobisnis Sukajaya
Alamat : Jln. Raya kaliwungu boja km 1,5 protomulyo kec. kaliwungu selatan kendal 51372
Supplyer hasil pertanian,bibit dan umbi porang, bibit dan bunga rosela, kayu dan limbah kayu/ kayu bakar
Contact Person Agus Mastrianto
agusmst@gmail.com
hp.08122828965

Bibit Belut

Bibit sebagai awal dari sebuah siklus kehidupan memegang peranan penting. Pemilihan bibit yang bagus akan menghasilkan panen yang memuaskan juga. Dari beberapa literatur yang di tuliskan bahwa bibit yang bagus adalah bercirikan sehat, gerakan gesit, tidak ada luka, ukuran serangam. Gerakan yang gesit menandakan bibit dalam keadaan sehat tidak lemas, biasanya kalau kita pegang akan berontak lepas, untuk mengecek jika masi h dikolam dikagetkan saja, seperti dinding kolam di pukul-pukul sehingga bunyi, jika bibit sehat maka akan di respon oleh bibit untuk lagi tunggang langgang. Bibit yang kurang sehat akan berada di pemukaan media. Luka pada bibit bisa menyebabkan kematian bagi di belut, jika luka ini cepet menyebabkan jamur maka akan berakibat pada bibit yang lainnya. Ukuran yang sama memudahkan kita dalam panen nantinya,dan mengurangi kanibalisme antar belut, karena kalau nantinya ukuran tidak sama maka yang kecil akan dimakan yang besar.
Berikut saya coba sharing tempat penyedia bibit belut ayng berada di kabupaten pati, informasi ini saya dapatkan dari Bapak Agus dikendal dan saya lakukan pengecekan di alamat tersebut. Benar keberadaanya kalau tempat tersebut menyediakan bibit belut dan belut konsumsi. Bibit yang disediakan menurut informasi adalah hasil budidaya untuk jenis kayu dan pisang, istilah ini sudah umum di pasaran, suatu saat nanti saya coba lebih lanjut telusuri soal jenis belut ini.
Berikut alamat penyedia bibit tersebut

CV. A-mtd Raja P.A.S.A (PERKASA ALITAMA SUKSES MANDIRI)
BAPAK ALI MURTADHO
JL. PATI - KUDUS
PERUM SUKOHARJO INDAH BLOK A No.3
DS. SUKOHARJO KEC. MARGOREJO KAB. PATI
JAWA TENGAH
TELP. 081325090629 DAN 085865646069


untuk pemesanan silahkan kontak langsung dengan bapak ALI, harga dan prosedure pemesanan. Bibit akan diberikan garansi dan penggantian jika terjadi kematian.
Berikut gambar-gambar yang saya ambil dari kolam penampungan Bapak ALI.

Bibit dicoba untuk diangkat untuk melihat keserangaman bibit.








Tampilan belut dalam kolam penampungan








Belut yang sudah besar salah satu contoh hasil panen.

Sabtu, 05 April 2008

How To Repair Small Leaks in Glass Aquariums

How To Repair Small Leaks in Glass Aquariums in 9 Easy Steps
 
With a few inexpensive items and a little time you can easily repair small or minor leaks in a glass aquarium using these simple instructions from your Guides.
Here's How:
   1. Locate the exact source of the leak and mark it with a felt tip marker.
   2. Reduce the water level in the tank until the leak stops.
   3. Thoroughly dry and clean the area of and around the leak with a paper towel, or soft cloth.
   4. With the razor blade, scrape the existing silicone from the leaking area, and an additional one inch area around the source of the leak.
   5. Clean the scraped area with the acetone applied to a paper towel, being careful not to over staturate it or allow any acetone to run or drip down into the aquarium, and let dry for a few minutes.
   6. Apply the silicone sealant to the cleaned area, working it into the glass joint area.
   7. Allow the silicone to cure for at least 12 hours, 24 is better.
   8. Refill the tank with water to the desired level.
   9. Check to see if the repair worked and the leak has stopped.
 
Tips:
   1. Not all sealants are suitable for aquarium use. Use only non-toxic 100% silicone sealants, such All-Glass® brand.
   2. Pinpoint the exact location of the leak. Water will be at the bottom of the tank (gravity rules), but most likely the source of the leak will be somewhere else up higher or sideways along the joint or seam.
   3. If patching the leak from the outside of the tank does not stop the leak, try patching it from the inside.
What You Need:
 
    * 100% Silicone Sealant
    * Acetone
    * Single Edged Razor Blades
    * Paper Towels
    * Felt Tip Marker
    * Tank Replacement Water
 
From Stan & Debbie Hauter,
Your Guide to Saltwater Aquariums.
 
Cara memperbaiki aquarium yang bocor hampir mirip kita membuat aquarium baru, untuk yang bocor sedikit kita tinggal kelupas lem silicon yang ada disekitar kebocoran tersebut, namun jika yang bocor hampir satu sisi kita harus ambil semua lem yang ada dalam satu sisi tersebut, baru dilakukan pengeleman.
Kalau pun kita tidak kelupas lem lama, maka tambalan kita tidak akan bertahan lama. Saat akan di lem, pastikan kondisi semua bagian dalam keadaan kering, dan sebaiknya semua air memang dikuras, karena tekanan air akan menjadikan bocoran semakin melebar.

Post Blog dari email

Sedikit Tips dari Blogger dimana kita bisa post artikel di blog kita tanpa harus kita login ke blogger, kita bisa menggunakan email yang ada. Kekurangan dari sistem ini biasanya format yang tidak cukup bagus, namun hal ini bisa disiasati dengan menggunakan email yang support HTML. Kekurangan berikutnya kita tidak bisa menambahkan label dalam tiap judul artikel kita tersebut.
Cara set di Blogger :
1. Login ke Blogger dengan ID kita
2. Masuk ke dalam penggaturan
3. Pilih kebagian email
4. isikan nama yang diinginkan, biasanya didepan merupakan login ID kita dan lebih memudahkan untuk mengingat kata kedua adalah alamat blog kita. misal > mutiarasani1.Mutiarasani@blogger.com
5. Alamat email tersebut kita inget baik, karena alamat ini yang kita gunakan untuk post blog dari email.
6. entah dari email mana saja alamatkan artikel anda ke alamat diatas, setelah pengaturan tampilan tentunya, kirim, dan coba buka tampilan post di blog anda.

Semoga tips kecil ini bermanfaat sehingga memudahkan kita untuk post artikel.



Rabu, 26 Maret 2008

Library Atomation System (software Perpustakaan)


Dah Lama ndak ngisi blog, banyak kepiliran mau nulis, cuman tangannya masih belum sempat, keyboardnya masih buat menyelesaikan pekerjaan.
Dunia pendidikan sekarang baru marak-maraknya dapat sorotan dari pemerintah, pengucuran dana yang besar-besaran digunakan untuk meningkatkan kwalitas pendidikan kita. Gaji pengawai negeri terutama guru mulai diperhatikan, dan pendidikan yang namanya BOS (bantuan operasional sekolah) dan banyak lagi para calon pemimpin kita yang "memperjuangkan" soal sekolah "gratis", amin.
Untuk mendukung peningkatan kwalitas siswa, sarana pendukung pendidikan harus ditingkatkan salah satunya adalah perpustakaan, kenapa? Untuk menambah ilmu salah satu cara adalah belajar, cara belajar yang umum adalah membaca, entah itu membaca buku, majalah, atau artikel. Semua itu bisa kita dapatkan dengan membeli atau cara yang paling sederhana adalah mengunjungi perpustakaan untuk mencari buku yang kita maksudkan.

Disetiap sekolah pasti ada perpustakaan walaupun mungkin hanya segelintir buku yang tersedia dan itupun mungkin sudah sejak kapan mengisi ruang perpustakaan. sebuah perpustakaan akan lebih tampak menarik jika koleksi buku cukup lengkap dan pengaturan operasional yang baik. Dengan peningkatan dunia IT, operasional dalam perpustakaan dapat dikelola dengan mudah dengan bantuan sebuah Software, seperti diungkap oleh Bapak Ari suseno di suara pembaca Suara merdeka "Tehnologi Informasi Untuk Perpustakaan".
Dengan semakin berkembangnya OpenSource memudahkan kita mendapatkan software dengan gratis. Kenapa karena kalau pun harus membuat sebuah software dengan bahasa pemograman yang lain kita harus membayar lebih mahal.
Banyak program yang bisa di download dari link dibawah.
Terimakasih kepada para Programer yang sudah mempersembahkan sebuah Software untuk perpustakaan. Semoga program tersebut bermanfaat bagi dunia perpustakaan.

Link yang berhubungan dengan software perpustakaan
1. Senayan Library > http://senayan.diknas.go.id./web/
2. Komunitas Athenaeum Light Indonesia >http://kali-indonesia.blogspot.com/
3. Milis Tool Library >http://groups.yahoo.com/group/toolib/
4. Web pengguna Athenaeum Light > http://kali.openlib.info/
5. Blog Jendral Library Senayan > http://hendrowicaksono.multiply.com/

Jumat, 22 Februari 2008

Perkembangan Sidat


Saya akan coba update informasi perkembangan sidat yang saya pelihara. Sudah hampir 10 bulan saya pelihara sidat ini, walau jumlahnya tidak seberapa hanya 1kg dulu belinya, kira-kira berjumlah 50 ekor lah (soalnya belum pernah hitung). Ada kebahagian tersendiri dari memlihara sidat ini, awalnya saya pesimis karea sudah hampir 6 bulan yang lalu tampak tidak ada pekembangan. Namun muncul kebahagian ketika suatu malam, pas saya kasih makan kok ada yang cukup besar diameter hampir 2 cm. mulai saat itu aku penasaran ada berapa ekor yang bisa berkembang, karena yang lain tampak masih kecil-kecil, separonya.
Hari kemarin pas ada waktu luang saya coba mau liat, kalau harus kuras khan lama, untuk isi airnya dan kasihan nanti kalau adaptasi dengan air baru, akhirnya saya pakai jaring. Kebetulan ada sisa jaring dulu pas ternak lele, karena ndak ada yang bantu akhirnya cuman dapat 4 ekor saja, seperti tampak di gambar. Akhrinya rasa penasaran terobati, bahwasanya sidat saya ada perkembangan. Mulai saat itu saya coba memberikan perhatian agak extra, memberikan makan lebih rutin, dan menambah porsinya.

Sayang dalam gambar saya tidak memberikan besaran pembanding, karena saya sendirian jadi susah pegang sidatnya, hujan sekalian, jadi cepat-cepat. Untuk gambaran lebar lubang jaring sekitar 1 cm, jadi sidat tersebut kira-kira 2 cm.
Masih di angan-angan dan impian untuk membudidayakan lebih banyak, masih menunggu analisanya.



Kamis, 14 Februari 2008

Tebar Belut Media Baru

Melanjutkan masalah perbelutan yang menurut saya masih sebagai tanda tanya besar. Media yang sudah pernah saya bahas sebelumnya akhirnya saya coba untuk menambahkan jumlah bibitnya, ndak banyak cuman 2kg dulu tgl 11 februari kemarin akhirnya saya dapatkan sebelumnya pesen dulu ama penjual ikan di pasar. cuman agak disayangkan bibitnya sudah agak besar seukuran jari telunjuk, apa boleh buat, dan karena penjual ikannya kebiasaan kalau bawa belut ndak dikasih air, jadinya belutnya agak lemas, soalnya dari sore ampe pagi baru aku ambil, tapi alhamdulillah cuman mati 4 ekor.
Saya kurang tahu bibit ini hasil setrum atau tangkapan dengan "Wuwu" istilahnya, itu jebakan ikan yang biasa dibuat dari anyaman bambu yang ada lubang untuk masuk ikan namun ikan ndak bisa keluar lagi. Tidak disarankan untuk membeli bibit hasil setrum, karena tingkat kematian akan besar, jadi bila akan memulai budidaya belut belilah bibit dari peternak yang bisa kasih garansi tingkat kematian bibit tadi. Karena aku ambilnya senin pagi dan tergesa-gesa harus berangkat kantor ya proses adaptasi dengan media ndak bisa berlama-lama, yang seharusnya minimal adaptasi dengan media baru sekitar 15 menit itu kata banyak pakar.

sesampai bibit di rumah aku taruh diember dan tak kasih air sumur, setelah dipilih yang mati, saya coba adaptasikan dengan media sayang kurang dari 5 menit, soalnya keburu berangkat kerja. Sambil air dari media saya masukkan ke ember yang berisi belut, perlahan belut dilepas ke media. Wah bagaikan dapat angin segar, sekejap semua belut ini masuk kemedia, yang artinya menurut saya ini semua dah cocok antara media dan belut. Selama tiga hari dari pantuan saya, tiap habis magrib mesti ditinjau, ada yang berkeliaran cari makan.
Untuk makanan sementara saya kasih cacahan keong, kebetulan ada banyak keong dikolam, dan saya tebar pelet untuk adaptasi kedepannya. Seperti yang pernah saya baca kalau bisa ada aliran air di kolam, maka saya coba berikan gemericik alirn air dari kran, masuk akal juga karena mereka butuh kadar oksigen yang cukup banyak dimalam hari.
Berikut gambar yang bisa saya ambil saat tebar benih :

Bibit dalam ember untuk diseleksi.








Bibit Mulai diadaptasikan dengan media, air media mulai dimasukkan ke dalam ember berisi bibit.







Bibit mulai pada masuk ke media.








Ukuran bibit yang dimasukkan, untuk perbandingan perkembangan nantinya.

Senin, 04 Februari 2008

Beberapa Herbal Pembakar Gairah Seksual Pria

Nama Herbal : Jahe merah
Manfaat : Mengatasi ejakulasi dini, merangsang ereksi, memperkuat daya tahan sperma
Cara Penggunaan : Rimpang jahe merah secukupnya direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 gelas. Tambahkan gula/madu. Minum pagi dan sore. Bisa juga dicampur ginseng, cabe jawa, dan lada hitam.

Nama Herbal : Tapak liman
Manfaat : Meningkatkan gairah pria,bersifat adaptogen (menaikkan daya tahantubuh)
Cara Penggunaan : Tiga batang tanaman beserta akarnya direbus dengan 3 gelasair sampai tersisa 2 gelas. Minum2 kali sehari.



Nama Herbal : Lengkuas merah
Manfaat : Mendongkrak gairah
Cara Pengunaan : Ambil rimpang secukupnya, direbus, diminum airnya


Nama Herbal : Daun sendok
Manfaat : Perangsang birahi (afrodisiak), bersifat adaptogen
Cara Penggunaan : Biji daun sendok secukupnya,digiling, ditambah 3 sendok madu,diminum




Nama Herbal : Pasak bumi atau tongkat ali
Manfaat : Afrodisiak
Cara Penggunaan : Akarnya direbus lalu diminum airnya




Nama Herbal : Adas
Manfaat : Bersifat tonik (penambahtenaga), mengatasi ejakulasi dini, merangsang ereksi, mencegah kemandulan, memperkuat daya hidup sperma
Cara Penggunaan : Buah adas secukupnya, direbus,airnya diminum. Atau buah digiling halus, diseduh, lalu disaring, diminum airnya


Nama Herbal : Purwaceng
Manfaat : Mengatasi lemah syahwat
Cara penggunaan : Daun 5 gram dicuci, dikeringkan,dihaluskan, seduh dengan segelas air panas, saring, lalu diminum

Sumber majalah Online AGRINA



Media Belut Ala Hadifa Eels Farm


Artikel Ini di sadur dari majalah online AGRINA.
Permintaan belut hidup dan olahan di pasar domestik maupun ekspor hingga kini baru separuhnya terpenuhi. Karena itu prospek usaha budidaya belut masih terbuka.

Hampir 85% pasokan belut masih mengandalkan dari tangkapan alam. Budidaya belut relatif belum berkembang karena pembenihan ikan licin yang bertelur sekali sepanjang hidupnya ini belum banyak dikuasai praktisi. Kendala lainnya, penguasaan teknologi pembuatan media masih kurang.

Media Harus Matang

Sumarno, pengelola Hadifa Eels Farm & Trading di Kampung Sokonilo, Desa Sidoluhur, Kec.Godean, Kab. Sleman, Yogyakarta, menyatakan kematangan

media menjadi kunci dalam budidaya belut. Ciri media yang matang, antara lain tidak mengeluarkan gelembung gas, letupan, dan bau saat media ditekan dengan tongkat. Jika mengeluarkan gelembung pun, di dalamnya tidak boleh ada gas berwarna putih.

Gas di dalam gelembung merupakan indikator yang menunjukkan suhu media masih tinggi. Jika pembudidaya menebar benih ke dalamnya, belut akan muncul ke permukaan dengan bercak merah di leher dan mati tak lama kemudian. Selain itu, belut akan bergerombol di pojok kolam yang kondisinya paling sesuai.

Syarat lainnya, campuran tanah dan bokashi (kompos hasil fermentasi) yang merupakan bahan media telah menyatu. Dengan demikian, teksturnya lunak tapi masih agak kompak layaknya tanah sawah untuk menanam padi. Ciri penting lainnya, media dihuni cacing berwarna merah, hitam, dan cokelat yang menunjukkan seluruh media telah kondusif sehingga belut dapat hidup di dalamnya.

Media akan matang dalam waktu 2—3 minggu setelah berada di kolam budidaya. “Semakin lama waktunya, akan semakin baik,” terang Sumarno. Air untuk budidaya sebaiknya selalu mengalir, “Meskipun ibaratnya hanya menetes,” tambahnya. Aliran air dibutuhkan untuk suplai oksigen dan menjaga kualitas air agar selalu baik.

Derajat keasaman (pH) air yang baik berkisar 5—7 dan suhu lingkungan di antara 19o— 25oC, meskipun belut tetap bisa tumbuh pada suhu 32oC, misalnya di pantai utara Jawa. Lokasi budidaya belut sebaiknya pada ketinggian 200—300 meter di atas permukaan laut (dpl) sehingga dapat tumbuh optimal. Dalam menentukan lokasi, pembudidaya juga harus menghindari kawasan industri yang berpotensi mencemari lingkungan perairan.

Pembuatan Media

Media dapat dibuat di luar atau di dalam kolam budidaya yang sebelumnya disterilisasi dengan kapur selama 10 hari. Jika dibuat di kolam sedalam 1 m dan luas 25 m2, lapisan pertama media adalah potongan jerami padi setebal 40—50 cm. Lapisan selanjutnya, pupuk urea dan NPK, masing-masing 5 kg, lalu disusul tanah gembur atau lumpur setinggi 10 cm..

Media itu kemudian ditaburi pupuk kandang berupa kotoran kambing setinggi 5 cm dan mikrobia starter untuk proses fermentasi. Langkah berikutnya, penaburan tanah, cincangan jantung dan bonggol pisang, serta tanah lagi masing-masing setebal 5, 10, dan 15 cm. Setelah tersusun, media dialiri air hingga becek selama 2—4 minggu. Kondisi ini harus tetap dijaga agar proses fermentasi berlangsung sempurna. Jika mengering, segera tambahkan air secukupnya.

Dalam waktu 2—4 minggu, lakukan pengecekan kematangan media dengan menancapkan bambu untuk mengetahui adanya gas, warna, atau bau tertentu. Selama fermentasi, media dikocok dengan menggunakan bambu agar lekas matang. Setelah matang, alirkan air 3—4 hari guna menghilangkan racun yang ada di kolam.

Sehari sebelum ditebari, kolam ditaburi 50 gram vetsin atau ramuan jamu perangsang nafsu makan berupa bawang putih, kencur, jahe, kunyit, lengkuas, dan temulawak yang diblender serta daun sirih yang difermentasi. Benih ditebar sebelum pukul 07.00 atau setelah pukul 17.00 dengan kepadatan 1—1,5 kg per m2. Ukuran benih 70—80 ekor per kg. Harga pasaran benih saat ini rata-rata Rp27.500 per kg.

Belut adalah ikan pemakan hewan air sehingga keberadaan udang renik dan protozoa di dalam media harus selalu tersedia. Caranya, dengan penggunaan pupuk yang mencukupi dalam pembuatan media. Untuk meningkatkan populasi plankton yang merupakan pakan udang renik, media ditambah starter. Pakan belut lainnya berupa cincangan katak hijau, cacing, bekicot, keong mas, ikan, dan kerang segar.

Jumlah pakan yang diberikan 5% dari jumlah benih yang ditebar sehingga 40 kg benih memerlukan 2 kg pakan per hari. Belut dipelihara selama 4—5 bulan sampai berukuran 10—20 ekor per kg. Jika pembesarannya optimal, per kilogram benih dapat menghasilkan 10 kg belut konsumsi.

Kegagalan budidaya belut biasanya akibat kekurangan pakan, kekeringan, kanibalisme, air tidak mengalir, dan suhu yang tinggi. Ancaman lainnya datang dari hewan pemangsanya, yaitu ular, bebek, burung belibis, dan berang-berang. Pengendalian hewan-hewan ini ddapat dilakukan dengan memagar kolam dan membuat kolam yang letaknya dekat rumah tinggal supaya mudah diawasi.

Bergelut di Bisnis Belut


Artikel ini di sadur dari majalah Online AGRINA
Bak licinnya tubuh belut, bisnis hewan yang satu ini memang tak bisa dibilang mudah. Namun, tak sedikit yang berani mencoba karena pasarnya selalu terbuka.

“Budidaya belut ini memang berisiko tinggi, tapi kita tidak menyerah karena prospeknya luar biasa bagus,” ujar Kismanto, petani belut. Warga Dusun Nongkopahit, Dusun Joho Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, ini mulai mengembangkan belut sejak tujuh bulan lalu. Awalnya, ia berencana mengembangkan lele. Namun apa daya suhu air di kolamnya terlalu dingin. “Benih lele yang baru menetas mati semua, kolam jadi nganggur tidak dipakai,” paparnya.

Di Kediri hanya ada satu pemasok belut dan pasokannya sangat kurang sehingga jadilah Kismanto dan Effendi, anaknya, menjadi petani belut. Awalnya, ia memperoleh benih dari pasar dengan harga Rp17.000/kg. Sayangnya, “Hasilnya juga tidak terlalu bagus karena belut kebanyakan hasil tangkapan di sawah dengan cara disetrum. Jadi, banyak yang mati dan kurang sehat,” lanjut Kismanto.

Pakai Media Tumpuk

Kendala tersebut tidak menyurutkan langkah Kismanto dan Effendi untuk mengembangkan belut. Harga belut konsumsi saat ini sekitar Rp17.000/kg dan berubah sesuai musim. Saat penghujan, banyak belut tangkapan dari sawah sehingga harganya turun. Sebaliknya sewaktu kemarau harga bisa naik, “Pemasok mau terima berapa pun jumlahnya,” ujar Kismanto.

Bermodal awal Rp2,5 juta, ia membuat kolam berukuran 2 x 3 m2 sebanyak tiga petak. Kolam berkedalaman 80 cm itu kemudian ditebari kotoran sapi, jerami, dan tanah serta benih belut sebanyak 10 kg. Karena belum mengerti cara pemeliharaannya, cuma dengar-dengar dari televisi, belutnya banyak yang mati. Akhirnya, ia membeli buku budidaya belut dan mempelajari caranya.

Sebelum melepas benih, ia harus menyiapkan media berupa tanah, kotoran sapi kering, tanah, dan kompos. Semua bahan dimasukkan ke dalam kolam berdasar ubin itu secara bertahap, masing-masing setinggi 10 cm. Setelah tumpukan media mulai memadat, ia memasukkan tanah dan jerami setinggi 10 cm. Selanjutnya, tumpukan media belut diberi tanah setinggi 20 cm, cacahan batang pisang, dan dialiri air. Setelah dua minggu, media ini siap ditebari benih.

“Dalam waktu 15 hari, media mengeluarkan bahan makanan yang merupakan pakan alami belut, seperti cacing merah, jentik nyamuk, dan binatang lain kecil seperti merutu yang terbang di atas air,” ungkap Kismanto. Berdasarkan pengalamannya, belut yang ditebar ke dalam media yang belum berproses sempurna akan langsung naik ke permukaan. Sebaliknya, jika media telah siap menghasilkan pakan alami, belut langsung masuk dan tenggelam di dalam media.

Kismanto juga menjelaskan, benih belut terbaik berasal dari Solo yang harganya mencapai Rp30.000/kg. “Ukuran benihnya seragam, sekitar 5—6 cm. Selain itu, sudah bisa makan pellet lele karena belum ada pellet khusus belut,” lanjutnya. Benih belut juga diberi pakan tambahan berupa anak kodok, ketam, dan bekicot yang dicacah. Dalam waktu 4 bulan, belut yang sudah berukuran 30—35 cm dapat dipanen.

Benih dan Indukan
Nun jauh dari Kediri, yaitu di wilayah Jasinga, Bogor, Jabar, Novi, juga mengadu peruntungannya di bisnis belut. Berbeda dengan Kismanto yang mengusahakan belut konsumsi, Novi lebih tertarik di usaha pembenihan dan pengadaan calon induk belut. Alasannya, “Sampai saat ini belum banyak yang mengusahakan benih dari budidaya. Kebanyakan hasil tangkapan alam.”

Masih menurut Novi, dalam waktu 1,5—2 bulan, larva belut yang dipijahkan secara buatan dapat mencapai ukuran 50—100 ekor/kg atau berbobot 10—20 gram/ekor. Benih berukuran 5—8 cm tersebut dapat segera dipelihara dalam kolam pendederan selama 4 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi

Selain benih, Novi juga memproduksi calon induk belut. Di Jasinga Green Farm, miliknya, satu set calon induk yang terdiri dari seekor belut jantan dan tiga ekor belut betina dihargai Rp150.000. “Dalam sebulan saya dapat menghasilkan sekitar 50 set,” ujar Novi menutup pembicaraan.

Selasa, 22 Januari 2008

Experimen Media Belut


Sekedar sharing pengalaman saja, mungkin pengalaman saya ini bisa bermanfaat namun belum bisa dibilang ini benar sepenuhnya. Karena penasaran akan budidaya belut ini 8 bulan yang lalu saya sempat membuat media untuk pembesaran belut. Kenapa sampai 8 bulan? itu karena informasi yang saya dapatkan banyak para pemain besar yang gagal, itulah salah saya, dikala orang lain gagal kenapa saya tidak memberanikan diri untuk mencoba yang benar, itu satu hal kenapa media saya lama tidak saya urus. Yang berikutnya adalah waktu, ini mungkin yang harus benar-benar kita luangkan sedikit waktu, kalau kita memang benar-benar pengin terjun ke dunia pertanian. Karena beberapa kali saya bermain dengan ikan, karena tidak meluangkan waktu untuk konsentrasi, semua tidak jadi. Lho kok malah cerita pengalaman pahit, tapi semoga itu menjadi cambuk buat saya, dan buat intropeksi rekan lain.
Kembali ke Media belut, dulu saya buat media ini dari susunan, jerami, pelepah pisang, kotoran hewan (saya pakai kotoran kambing, ini salah besar, karena kotoran kambing susah untuk hancur, rekomen pakai kotoran sapi, tepatnya yang sudah jadi pupuk) dan tanah kebon. Kemudian media saya fermentasikan dengan memberikan cairan yang mempercepat proses tersebut, saya pakai namanya Agrobost, mungkin bisa di pakai cairan mikroorganisme yang lain. tiap lapisan di siram ama cairan ini.

Kemudian media di coba diperam dengan ditutupi dengan plastik atau karung, selama 1 minggu, namun sebelumnya media terutama tanah dibuat basah. Fermentasi bisa berlangsung lama, tergantung suhu dan media. Pengalaman saya bisa sampai 3 minggu, karena saya menggunakan tanah kebon, dan ini sangat-sangat tidak direkomendasikan, seharusnya pakai tanah sawah, atau lumpur sawah. Nanti saya coba jelaskan pengalaman lain.
kemudian media dikasih air sampai diatas media sekitar 5-10 cm, jika media matang fermentasi saat kita tusuk tidak keluar buih, jika masih keluar buih, meida dicoba untuk ditusuk-tusuk, sambil dibolak-balik, dan air diganti-ganti. Ciri media matang adalah lembut, dan tidak lagi mengeluarkan gas saat di tusuk.
Nah diatas adalah sebagian teori dan praktek, sebenarnya media saya yang sudah berumur 8 bulan itu, untuk jerami masih separo utuh, karena tidak hancur, dan terutama kotoran kambing ndak mau hancur, demikian lagi tanah kebon yang masih kasar. Tetapi pada bulan ke 6 lalu saya coba masukkan bibit dari pasar sekitar 10 biji, eh sampai bulan ke 8 masih utuh, Namun sayang tidak berkembang karena tidak saya kasih makan. Kejam ya. Karena saya berpikir belutnya ndak mau hidup di media saya.
Saya coba menyimpulkan, Belut mungkin bisa hidup dalam kondisi seperti itu, tapi tidak nyaman, sehingga tidak bisa berkembang. Dia bisa bertahan hidup di sebagian lumpur diatasnya.
Karena penasaran media saya bongkar,memang benar, air tidak bisa sampai ke bawah dan media di bawah dan tengah padat, akhirnya setelah belut saya angkat, media saya bolak balik dan diinjak-injak agar lebih halus. Saya masih mempertahankan media tersebut karena penasaran apakah dari tanah kebon tidak bisa dibuat media untuk belut. setelah saya aliri air, belut tadi saya masukkan lagi, dan setelah saya cek media cukup berongga, dan sedikit lembut. Tiap malam saya coba liat tingkah laku belut tersebut, he.. ada yang keluyuran dan sebagian cuman mengeluarkan kepala.
Media tersebut saya coba tambah dengan lumpur sawah, nah malam berikutnya belut tersebut membuat rumah di lumpur tersebut, tidak lagi di media lama. Dari hal tersebut saya bisa tarik kesimpulan, bahwa dia akan merasa nyaman pada media yang lembut. Nah bagaimana kita bisa membuat media ini cocok bagi belut? mestinya kita ambil tanah atau lumpur sawah.
Untuk makanan saya sedang mencoba menberikan cacing, wah lahap banget, soalnya pas dimasukkkan ke lubang rumahnya langsung disambar.
demikian sedikit sharing pengalaman soal media belut, saya sedang mencoba mencari bibit tambahan di pasar. Lain waktu kalau ada perkembangan soal media ini, semampu saya akan disharing.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa join di Milis Belut Jawa

Senin, 21 Januari 2008

Tebar bibit di ITN


Berikut gambaran penebaran bibit belut di lahan, artikel di copy dari Jaringan Telecenter Indonesia.
Penantian panjang para petani yang ikut dalam uji coba budidaya belut terobati sudah. Setelah sekian lama menyiapkan media untuk budidaya belut, pada tanggal 10 Juli 2007, Telecenter Muneng bekerja sama dengan CV Satu Karya Community mendatangkan bibit belut untuk para petani tersebut. Untuk tahap I (pertama), baru 14 kolam yang akan diberikan bibit. Kolam-kolam lainnya belum bisa diberikan bibit belut karena media yang dibuat belum siap.

Pembuatan media dengan menggunakan bahan baku lokal perlu dibuat fermentasi yang sempurna agar media tersebut tidak menimbulkan racun dan juga penyediaan pakan bagi belut berupa cacing. Media untuk budidaya belut dibuat dari jerami, cacahan batang pisang, pupuk kandang/bokhasi dan juga lumpur sawah. Kolam ujicoba dibuat dengan menggunakan bahan dari terpal plastik (kolam non permanen).

Banyak petani yang berminat untuk mengikuti uji coba budidaya belut ini, akan tetapi Telecenter Muneng membatasi jumlah petani yang ikut dalam tahap uji coba ini. Setelah ada hasil yang memuaskan barulah Telecenter akan mensosialisakan budi daya belut ini dan mengajak petani lainnya.

Sampai saat ini, petani yang sudah membuat media untuk budidaya belut ada 31 orang. Dalam penaburan benih, Telecenter Muneng melakukan seleksi untuk menghindari penaburan benih ke kolam dengan media yang masih belum siap dan selain itu, juga untuk menghindari terjadinya panen yang bersamaan yang menyebabkan harga jatuh yang ujung-ujungnya akan merugikan petani itu sendiri. Dalam uji coba ini, Telecenter Muneng benar-benar melakukan asistensi bagi semua petani dengan harapan semua petani mendapatkan hasil yang optimal.

Pemasaran hasil panen belut ini nantinya akan ditampung langsung oleh CV. Satu Karya Community. Hal ini tentunya menghilangkan kekhawatiran para petani dalam hal pemasaran hasil panen belut tersbut. Model-model kerjasama seperti inilah yang diharapkan dapat terbangun dalam berbagai bidang dengan berbagai pihak dan Telecenter dapat berperan dalam kerjasama-kerjasama tersebut. Uji coba budidaya belut ini, selain sebagai proses pemberdayaan kepada masyarakat, juga sebagai proses membangun jaringan dan kemitraan dengan pihak-pihak lain. Mudah-mudahan harapan kami untuk bisa meningkatkan pendapatan petani melalui kegiatan ini dapat terwujud.

Budidaya Belut di Telecenter Muneng


Berikut Sedikit informasi tentang perkembangan perbelutan di indonesia, Artikel ini saya copy dari Jaringan Telecenter Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat bagi perkembangan perbelutan indonesia.
Di sekitar Telecenter Muneng berkembang budidaya ikan lele dengan menggunakan media kolam dari terpal. Dalam perjalanannya budidaya lele ini tidak lagi menjanjikan keuntungan bagi petani, karena harga pakan (konsentrat lele) yang terus naik, sedangkan harga ikan lele tidak naik bahkan cenderung turun. Hal ini tentunya mengakibatkan banyak peternak lele tidak lagi melakukan budidaya. Permasalahan budidaya lele tersebut terungkap dalam diskusi dan asistensi yang kami lakukan dengan para peternak lele.
Ada 2 alternatif solusi yang ingin kami lakukan: pertama adalah dengan mencoba membuat konsentrat sendiri dan yang kedua adalah mencari ternak lain pengganti lele yang memiliki prospek pasar bagi petani. Budidaya ternak ini tentunya memberikan tambahan penghasilan bagi petani selain dari pertanian sawah.
Kami mencoba untuk melakukan kedua alternatif solusi tersebut. Kami membentuk dua kelompok untuk menangani kedua hal tersebut; untuk pembuatan konsentrat dipimpin oleh Pak Budi (Kabag Umum Telecenter Muneng) dimana sampai saat ini kami masih dalam tahap ujicoba; sedangkan untuk pengembangan ternak baru dipimpin oleh Pak Dwi (Manajer Telecenter). Telecenter Muneng tentunya mengandalkan fasilitas teknologi informasi sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan.

Hasil dari usaha dan diskusi dengan petani yang kami lakukan, kami sepakat untuk mencari informasi tentang budidaya belut. Belut memiliki prospek pasar yang menjanjikan. Dalam proses pencarian informasi, kami menemukan mitra yang memiliki pengalaman dalam budidaya dan pemasaran belut yaitu CV Satu Karya Community (CV SKY) dari Surakarta (Jawa Tengah). Penemuan tersebut kami tindaklanjuti dengan melakukan kunjungan ke lokasi uji coba belut CV SKY di Boyolali (Jawa Tengah) dan juga berdiskusi tentang permasalahan yang kami hadapi. CV SKY bersedia untuk membantu program kerja tentang budidaya belut di Madiun dibawah dampingan Telecenter Muneng.
Hasil kunjungan itu kami tindak lanjuti dengan mendatangkan personil-personil CV SKY ke Muneng untuk memberikan pelatihan budidaya belut pada tanggal 18 April 2007. Informasi mengenai pelatihan ini menyebar dengan pesat ke masyarakat, dan banyak yang mendatangi kami untuk menanyakan tindak lanjut dari pelatihan tersebut. Animo masyarakat yang begitu tinggi kami sampaikan ke CV SKY dan dengan bimbingan dari CV SKY kami membuat uji coba untuk budidaya belut.
Saat ini kami sudah sampai pada tahap pembuatan media untuk belut. Dalam proses pembelajaran budidaya belut ini, kami selalu menjalin komunikasi dengan CV SKY mengenai tindak lanjut kegiatan ini. Hasil dari beberapa kali diskusi dengan CV SKY menghasilkan beberapa kesepakatan yaitu :
1. Telecenter akan menjadi mitra utama CV SKY dalam budidaya belut di Madiun. Semua informasi dan kegiatan CV SKY dengan masyarakat di Madiun akan dikelola oleh Telecenter, baik dalam budidaya belut maupun dalam kegiatan lain, misalnya agrobisnis.
2. Pihak CV SKY akan memberikan arahan teknis budidaya.
3. CV SKY akan menyediakan benih dan juga bertanggung jawab untuk memasarkan hasil.

Hari Minggu, 10 Juni 2007 pihak CV SKY datang ke Telecenter dan langsung berkeliling ke semua lokasi ujicoba untuk pengecekan media yang akan digunakan untuk budidaya belut. Ternyata ada beberapa hal harus diperbaiki dalam pembuatan media awal untuk belut. Media yang sekarang dibuat ternyata belum sempurna karena masih mengandung racun dari hasil proses fermentasi bahan. Masih ada hal-hal yang perlu dilakukan sebelum dimasukkan benih belut ke dalam kolam. Kunjungan tersebut diikuti dengan kegiatan di lapangan dalam bentuk asistensi pada seluruh peserta ujicoba untuk perbaikan media agar hasilnya bisa optimal.
Semoga kerja sama kami dengan CV SKY akan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, khususnya bagi petani.