Selasa, 15 Januari 2008

Minyak Habis


Demikian yang sekarang banyak di pampang pada toko kelontong atau agen minyak, bukan hal asing lagi. Dengan semakin maraknya program pemerintah yang diberi nama "Konversi Energi", kalau kita telaah sebagai bahasa tehnik artinya mesti merubah atau menggantikan dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Energi sekarang yang masih di sorot adalah minyak. Banyak berita bilang Minyak menembus harga $100 per barel, wow mahal amat, tapi apakah arti berita tersebut bagi kaum miskin? mereka tidak peduli kalau naik ya naik, cuman jangan sampai kehabisan stok, ini yang banyak disayangkan.
Bukan lagi sebagai pandangan langka sekarang kalau kita liat di agen-agen minyak banyak antiran orang maupun derigen, mungkin deringen ini sudah berada di agen tersebut sehari sebelumnya atau beberapa hari sebelumnya untuk menunggu datangnya minyak. Kemudian akhirnya muncul spekulan baru yang mencoba menjadi pengecer minyak, mereka mendapatkan jatah cukup banyak dari agen, entah itu hubungan keluarga, teman atau berani bayar lebih. Dari spekulan ini orang lebih mudah mendapatkan minyak, tetapi ujungnya mereka harus bayar mahal. Mau apa dikata minyak sudah menjadi kebutuhan utama bagi banyak masyarakat midle kebawah. mereka engan untuk balik ke bahan bakar kayu lagi dengan alasan susah mendapatkannya dan alasan utama adalah membuat rumah jadi kotor dengan asapnya. untuk beralih ke gas masih banyak yang harus dipertimbangkan.

Program Konversi energi yang dicanangkan oleh pemerintah dirasakan serta merta menindas orang miskin, jika ditilik dari tujuan proram ini adalah untuk mengurangi subsidi terhadap minyak, agar pemerintah bisa menghemat subsidi, tapi apakah akibat yang ditanggung oleh masyarakat kecil? Program pemerintah ini memang bertujuan mulia bagi semua warga dan terutama untuk kelangsungan hidup bangsa ini, tapi apakah program ini akan berhasil? Tidakkah program ini perlu ditinjau ulang?
Program ini disusun oleh pemerintah pusat yang ada dijakarta, kita tahu kondisi jakarta sangat berbeda sekali dengan kondisi didaerah, walaupun dalam penyusunanya banyak "Wakil Rakyat" dari daerah, tapi berapa kuat mereka untuk memberikan masukan ke pemerintah? Jakarta atau kota besar lain mungkin pendapatannya besar, tapi itu bagi warga yang mempunyai pendapatan tetap dan besar, bagaimana dengan masyarakat pinggiran? mereka amat sangat sederhana dan jauh dari jangkauan fasilitas yang memadahi.
Kalaupun pemerintah akan melaksanakan program ini, jangan lah disamaratakan disemua wilayah nusantara ini, pelan-pelan dari daerah yang "layak" untuk di rubah, subsidi mulai di kurangi, baru ke daerah berikutnya. Kata pepatah jawa "Alon-alon asal Kelakon" (pelan-pelan asal berhasil), bukannya kita berlambat-lambat, namun untuk mencapai sesuatu yang berhasil guna kita tidak boleh tergesa-gesa.
Janganlah subsidi minyak di daerah yang masyarakatnya masih banyak menggunakan minyak terus pasokan minyak dihentikan, kapan ekonomi masyarakat kecil akan bergulir kalau semua urusan harus kembali lagi ke minyak. Orang kecil banyak bekerja swasta, sedikit yang jadi pegawai, kalau mereka mau bekerja harus antri minyak dulu kapan mereka akan mendapatkan rejekinya. Untuk antri mungkin tidak cukup 1 atau 2 jam, hilanglah rejeki mereka. Para penjaja makanan kaki lima yang ada dijalan-jalan yang semakin marak karena susah mencari pekerjaan, mencoba untuk mandiri, mereka sangat butuh yang namnya minyak. Kalau mereka sulit untuk mendapatkan minyak, mereka tidak jadi jualan, atau kalau pun dapat harganya sudah tidak wajar, mau dijual berapa makanannya? Apakah makannya harus dinaikkan, siapa yang mau beli? inilah sedikit fenomena minyak bagi masyarakat kecil. Kita semua tahu kalau yang namanya BBM ini naik, semua kebutuhan dan bahan makanan akan naik, sanggupkah kita mengkonsumsinya? Bagi pemerintah perhatikan kami rakyat kecil.
Kalau kita liat lagi banyak penyimpangan soal minyak ini, contoh misal susah pernah dengar namanya "IREX" bukan obat tapi minyak tanah yang dicampur ama minyak goreng atau OLI sebagai bahan penganti Solar untuk truk dan bis. Kenapa disebut IREX yang menyamai merek obat untuk penambah fitalitas, mereka bilang karena uang saku para sopir tidak cukup untuk beli solar, untuk itu mereka mencampurnya dengan "IREX" ini. Ujung-ujungnya adalah supaya mereka mendapatkan cukup sisa uang perjalanan untuk menjalankan roda ekonomi keluarga. Nah dari mana mereka dapat minyak yang banyak ini? Ada informasi mereka di suplay langsung dari mobil tanki minyak, yang sedianya minyak ini untuk masyarakat sebagai bahan bakar rumah tangga, sehingga stok untuk masyarakat kurang.
Semoga Pemerintah Lebih bijaksana dalam mengeluarkan kebijaksanaan, terutama bagi kaum miskin, karena kita tahu jumlahnya tidak sedikit, atau malah belum terdata.
Gambar diambil dari Blog Zahidayat

Tidak ada komentar: